Welcome to my blog :)

rss

Selasa, 29 Juni 2010

jilbabku…jilbabmu…kok bisa beda

ukhti ada yang ingin kusampaikan “HIDAYAH ITU BUKAN UNTUK DITUNGGU KEDATANGANNYA…..TAPI DIJEMPUT DAN DIRAIH SERTA DIGAPAI DENGAN USAHA, INSYA ALLAH DIA AKAN DATANG……SAAT DIA DATANG RENGKUHLAH KUAT JANGAN SAMPAI DIA LEPAS KARENA AKAN SULIT TUK MERAIHNYA, RENGKUH HINGGA TAK AKAN LEPAS HINGGA AKHIR HAYAT”

Arti kata jilbab ketika Al-Qur’an diturunkan adalah kain yang menutup dari atas sampai bawah, tutup kepala, selimut, kain yang di pakai lapisan yang kedua oleh wanita dan semua pakaian wanita, ini adalah beberapa arti jilbab seperti yang dikatakan Imam Alusiy dalam tafsirnya Ruuhul Ma’ani.
Imam Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan; Jilbab berarti kain yang lebih besar ukurannya dari khimar (kerudung), sedang yang benar menurutnya jilbab adalah kain yang menutup semua badan.
Dari atas tampaklah jelas kalau jilbab yang dikenal oleh masyarakat indonesia dengan arti atau bentuk yang sudah berubah dari arti asli jilbab itu sendiri, dan perubahan yang demikian ini adalah bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah sebab perjalanan waktu dari masa Nabi Muhammad SAW sampai sekarang atau disebabkan jarak antar tempat dan komunitas masyarakat yang berbeda yang tentu mempunyai peradaban atau kebudayaan berpakaian yang berbeda

jilbab_benar_03

jilbab_benar_022

Cara memakai jilbab
I. Cara memaki jilbab dengan arti aslinya yaitu sebelum diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi bahasa yang baku, adalah aturan yang mana para shahabat dan ulama’ berbeda pendapat ketika menafsirkan ayat Al-Qur’an di atas. Perbedaan cara memakai jilbab antara shahabat dan juga antara ulama itu disebab bagaimana idnaa’ul jilbab (melabuhkan jilbab atau melepasnya) yang ada dalam ayat itu. Ibnu Mas’ud dalam salah satu riwayat dari Ibnu Abbas menjelaskan cara yang diterangkan Al-Qur’an dengan kata idnaa’ yaitu dengan menutup semua wajah kecuali satu mata untuk melihat, sedangkan shahabat Qotadah dan riwayat Ibnu Abbas yang lain mengatakan bahwa cara memakainya yaitu dengan menutup dahi atau kening, hidung, dengan kedua mata tetap terbuka. Adapun Al-Hasan berpendapat bahwa memaki jilbab yang disebut dalam Al-Qur’an adalah dengan menutup separuh muka, beliau tidak menjelaskan bagian separuh yang mana yang ditutup dan yang dibuka ataukah tidak menutup muka sama sekali.
cadarnihDari perbedaan pemahaman shahabat seputar ayat di atas itu muncul pendapat ulama yang mewajibkan memaki niqob atau burqo’ (cadar) karena semua badan wanita adalah aurat (bagian badan yang wajib ditutup) seperti Abdul Aziz bin Baz Mufti Arab Saudi, Abu Al a’la Al maududi di Pakistan dan tidak sedikit Ulama-ulama Turky, India dan Mesir yang mewajibkan bagi wanita muslimah untuk memakai cadar yang menutup muka, Hal di atas sebagaimana yang ditulis oleh Dr.Yusuf Qardlawi dalam Fatawa Muashirah, namun beliau sendiri juga mempunyai pendapat bahwa wajah dan telapak tangan wanita adalah tidak aurat yang harus ditutup di depan laki-laki lain yang bukan mahram (laki-laki yang boleh menikahinya), beliau juga menegaskan bahwa pendapat itu bukan pendapatnya sendiri melainkan ada beberapa Ulama yang berpendapat sama, seperti Nashiruddin Al-Albani dan mayoritas Ulama-ulama Al-Azhar, Qardlawi juga berpendapat memakai niqob atau burqo’ (cadar) adalah kesadaran beragama yang tinggi yang mana bila dipaksakan kepada orang lain, maka pemaksaan itu dinilainya kurang baik, sebab wanita yang tidak menutup wajahnya dengan cadar juga mengikuti ijtihad Ulama yang kredibelitas dalam berijtihadnya dipertanggung jawabkan
Sedangkan empat Madzhab, Hanafiyah, Malikiyah, Syafi`iyah dan Hanabila berpendapat bahwa wajah wanita tidaklah aurat yang wajib ditutupi di depan laki-laki lain bila sekira tidak ditakutkan terjadi fitnah jinsiyah (godaan seksual), menggugah nafsu seks laki-laki yang melihat. Sedangkan Syafi’iyah juga ada yang berpendapat bahwa wajah dan telapak tangan wanita adalah aurat (bagian yang wajib ditutup) seperti yang ada dalam kitab Madzahibul Arba’ah, diperbolehkannya membuka telapak tangan dan wajah bagi wanita menurut mereka disebabkan wanita tidak bisa tidak tertuntut untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya baik dengan jual beli, syahadah (persaksian sebuah kasus), berdakwah kepada masyarakatnya dan lain sebagainya, yang semuanya itu tidak akan sempurnah terlaksana apabila tidak terbuka dan kelihatan.
Ringkasnya, para ulama Islam salafy (klasik)sampai yang muashir (moderen) masih berselisih dalam hal tersebut di atas. Bagi muslimah boleh memilih pendapat yang menurut dia adalah yang paling benar dan autentik juga dengan mempertimbangkan hal lain yang lebih bermanfaat dan penting dibanding hanya menutup wajah yang hanya bertujuan menghindari fitnah jinsiyah yang masih belum bisa dipastikan bahwa hal itu memang disebabkan membuka wajah dan telapak tangan saja.
II. Imam Zamahsyari dalam Al-Kasysyaf menyebutkan cara lain memakai jilbab menurut para ulama yaitu dengan menutup bagian atas mulai dari alis mata dan memutarkan kain itu untuk menutup hidung, jadi yang kelihatan adalah kedua mata dan sekitarnya. Cara lain yaitu menutup salah satu mata dan kening dan menampakkan sebelah mata saja, cara ini lebih rapat dan lebihbisa menutupi dari pada cara yang tadi. Cara selanjutnya yang disebutkan oleh Imam Zamahsyari adalah dengan menutup wajah, dada dan memanjangkan kain jilbab itu ke bawah, dalam hal ini jilbab haruslah panjang dan tidak cukup kalau hanya menutup kepala dan leher saja tapi harus juga dada dan badan, Cara-cara di atas adalah pendapat Ulama dalam menginterpretasikan ayat Al-Qur’an atau lebih tepatnya ketika menafsirkan kata idnaa’ (melabuhkan jilbab atau melepasnya kebawah).
Nah,mungkin dari sinilah muncul pendapat bahwa berjilbab atau menutup kepala harus dengan kain yang panjang dan bisa menutup dada lengan dan badan selain ada baju yang sudah menutupinya, karena jilbab menurut Ibnu Abbas adalah kain panjang yang menutup semua badan, maka bila seorang wanita muslimah hanya memaki tutup kepala yang relatif kecil ukurannya yang hanya menutup kepala saja maka dia masih belum dikatakan berjilbab dan masih berdosa karena belum sempurnah dalam berjilbab seperti yang diperintahkan agama.
Namun sekali lagi menutup kepala seperti itu di atas adalah kesadaran tinggi dalam memenuhi seruan agama sebab banyak ulama yang tidak mengharuskan cara yang demikian. Kita tidak diharuskan mengikuti pendapat salah satu Ulama dan menyalahkan yang lain karena masalah ini adalah masalah ijtihadiyah (yang mungkin salah dan mungkin benar menurut Allah SWT) yang benar menurut Allah SWT akan mendapat dua pahala, pahala ijtihad dan pahala kebenaran dalam ijtihad itu, dan bagi yang salah dalam berijtihad mendapat satu pahala yaitu pahala ijtihad itu saja, ini apabila yang berijtihad sudah memenuhi syarat-syaratnya. Adalah sebuah kesalahan yaitu apabila kita memaksakan pendapat yang kita ikuti dan kita yakini benar kepada orang lain, apalagi sampai menyalahkan pendapat lain yang bertentangan tanpa tendensi pada argumen dalil yang kuat dalam Al-Qur’an dan Hadist atau Ijma’.
Aisyah ra. yang menjadi saksi mata atas hal ini berkata :

رَحِمَ الله ُنِسَاءَ اْلاَنْصَارِ وَالْمُهَاجِرَاتِ لَمَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِنَّ “وَلْيَضْرِبْنَ مِنْ جَلاَ بِيْبِهِنَّ عَلَى جُيُوْ بِهِنَّ” شَقَقْنَ مُرُوْطَهُنَّ فَلْيَخْتَمِرْنَ بِهَا

“Semoga Allah merahmati wanita Anshar dan Muhajirin, tatkala turun kepada mereka ayat “hendaknya mereka mengenakan kain panjang (jilbab) sampai ke atas dada mereka,” mereka memotong kain-kain mereka, lalu mereka menjadikan kain-kain itu sebagai penutup kepalanya”

Pada hadist lain disebutkan,

“Rasulullah sholAllohu ‘alaihi wassalam memerintahkan kami keluar untuk shalat ‘idul fitr dan ‘idul adha, baik yang masih gadis yang sedang menginjak dewasa, wanita-wanita yang sedang haidh maupun wanita-wanita yang dipingit. Adapun wanita-wanita yang sedang haidh mereka tidak ikut mengerjakan shalat, namun mereka menyaksikan kebaikan dan dakwah kaum muslimin. Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, salah seorang di antara kami ada yang tidak mempunyai jilbab. ‘Beliau menjawab, ‘Hendaklah saudarinya meminjamkan jilbabnya’”.

jadi……jilbabku dan jilbabmu itu gak beda tapi tetep sama saudariku.

Rasulullah SAW bersabda, “Ada dua golongan ahli neraka yang belum pernah aku lihat, yaitu kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi yang mereka gunakan untuk memukul orang lain dan para wanita yang berpakaian tapi auratnya terlihat, yang berjalan melenggak-lenggok, sedangkan kepala mereka bagaikan punuk unta yang miring. Mereka itu tidak akan masuk ke dalam surga dan juga tidak akan mencium bau surga. Padahal, harum semerbak surga itu dapat dirasakan dari jarak yang begini dan begini.” [Muslim 6/168]

ayat Al-Qur’an yang jelasin tentang kewajiban menutup aurat lainnya….

surat An Nur: 31 :

“Katakanlah kepada wanita beriman, hendaklah mereka menahan pandangan mereka, memelihara kemaluan mereka dan jangan menampakkan perhiasan mereka kecuali apa yang biasa nampak. Hendaklah mereka menutupkan khimar mereka ke dada mereka; dan jangan menampakkan perhiasan mereka kecuali kepada suami mereka, ayah mereka, ayah suami mereka……”

Firman Alloh ta’ala dalam surat Al Ahzab ayat 59:

“Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu dan istri orang-orang beriman, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenal dan tidak diganggu orang. Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”


Sungguh saudariku…

Islam sangat memuliakanmu dengan adanya jilbab….agar kamu gak diganggu…agar kamu aman. Gak ada lagi alesan lum siap berjilbab sesuai syariah karena “lum siap” ato “shalat masih bolong-bolong”…….alasan klise yang dicari-cari, sungguh dengan berjilbab akhlakmu akan terpelihara dan semakin “memperbaiki dirimu”

memulai memang akan terasa sangat sulit….

tapikah kamu tahu saudariku…usia kita takkan tahu berhenti di detik keberapa dalam hidupmu. Inginkah kamu memurkai perintah Tuhanmu? apa kamu lebih takut dan malu cercaan manusia dibandingkan murka Sang Penciptamu?

bersegeralah…..Allah Maha Pengampun dan Penerima Taubat hamba-Nya

sumber :shaffiyah.wordpress.com

Sabtu, 19 Juni 2010

Puisi Pak Habibie untuk Istrinya



Puisi yang penuh HIKMAH yang dibuat oleh Bapak Prof BJ Habibie, untuk isteri yang sangat dicintainya, almarhumah Ibu Hasri Ainun Habibie :


Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.

Karena, aku tahu bahwa semua yang ADA pasti menjadi TIADA pada akhirnya,
Dan kematian adalah sesuatu yang PASTI,
Dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi,
Aku sangat tahu itu.

Tapi yang membuatku TERSENTAK sedemikian HEBAT,
Adalah kenyataan bahwa KEMATIAN …
Benar-benar dapat MEMUTUSKAN KEBAHAGIAAN dalam diri seseorang,
SEKEJAP saja…
Lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati,
Hatiku seperti tak di tempatnya,
Dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.



Kau tahu sayang,
Rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.

Pada air mata yang jatuh kali ini,
Aku selipkan salam perpisahan panjang,
Pada kesetiaan yang telah kau ukir,
Pada kenangan pahit manis selama kau ada,
Aku bukan hendak megeluh,
Tapi rasanya TERLALU SEBENTAR kau disini.

Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang,
Tanpa mereka sadari,
Bahwa KAULAH yang MENJADIKAN aku KEKASIH yang BAIK
Mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua,
Tapi kau AJARKAN aku KESETIAAN, sehingga aku SETIA,
Kau AJARKAN aku ARTI CINTA, sehingga aku mampu MENCINTAIMU seperti ini.

Selamat jalan,
Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya,
Kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.

Selamat jalan sayang,
Cahaya mataku, penyejuk jiwaku,
Selamat jalan,
CALON BIDADRI Surgaku ….

BJ.HABIBIE



INNAA LILLAAHI WA INNA ILAHI ROOJI’UUN

Itulah kita…. Manusia…
Merasakan besarnya NIKMAT Allah, setelah DIAMBIL KEMBALI oleh-Nya
Maka NIKMATILAH dengan PENUH SYUKUR…
Sesuai Kehendak-Nya…atas APA SAJA yang masih bisa kita NIKMATI…
Karena itu semua akan PERGI…

Dan Kita BERHARAP agar kenikmatan itu akan BERULANG,
Dalam kenikmatan yang ABADI,
Kenikmatan yang TIDAK AKAN PERGI selamanya,
Kenikmatan yang HAQIQI,
Di AKHIRAT nanti.

Manusia adalah cermin bagi manusia yang lain.
Jika seseorang berbudi pekerti LUHUR terhadap orang lain,
Maka orang lain pun akan berlaku serupa terhadapnya.
Sehingga, urat sarafnya akan selalu tenang tanpa gejolak
Dan hatinya akan senantiasa damai.
Berikutnya, ia akan merasakan bahwa dirinya hidup
Dalam masyarakat yang bersahabat.

Sebaliknya, bila seseorang berkepribadian BURUK
Dan menyakiti orang-orang di sekitarnya,
Maka mereka pun akan berlaku serupa terhadapnya.

Dan barnagsiapa tidak berbuat baik kepada orang lain,
Maka orang-orang pun tidak akan berbuat baik kepadanya.

Kita tidak akan mendapatkan CINTA bila kita tidak MENCINTAI
Kita tidak akan mendapatkan KESETIAAN bila kita tidak SETIA

Selamat jalan bu Ainun Habibie,
Semoga Allah SWT mengampunimu dan tidak menyia-nyiakan amalmu

Amin

Keputusan Anisa




Di sekolah, dua minggu menjelang acara perpisahan kelas enam

“Maaf Bu, sepertinya saya tidak bisa ikut kirab” Anisa menjawab pelan. Suaranya bergetar karena takut sang guru marah.

“Kenapa Nisa? Ini kesempatan bagus lho, nanti kamu akan didandani dan pasti terlihat cantik sekali. Sebelum menunjuk yang lain, ibu sudah langsung memilih kamu. Kamu termasuk yang paling cantik di kelas ini“ Bu Guru tak menyangka kalau Anisa akan menolak.

“Maaf Bu, saya tidak bisa jika harus berpakaian hanya sampai sebatas dada. Saya malu Bu!” Anisa menyampaikan keberatannya.

“Ya sudah, begini saja. Coba kamu pikir-pikir lagi, bicarakan hal ini dengan orang tuamu di rumah. Besok pagi ibu tunggu jawabannya” sang guru memberikan solusi. “Tapi ibu tetap berharap kamu mau ikut di acara kirab nanti, kamu pilihan pertama ibu” lanjutnya.

Di rumah, malam harinya

“Dua minggu lagi, di sekolah akan diadakan acara perpisahan kelas enam. Aku disuruh bu guru ikut acara kirab“ kata Anisa pada kedua orang tuanya di ruang tamu.

“Terus?” kata ibu dan bapaknya hampir bersamaan.

“Awalnya aku ingin ikut, aku ingin didandani seperti waktu acara resepsi pernikahan mbak Dwi. Tapi dalam kirab nanti pakaiannya hanya sebatas dada, akhirnya aku menolaknya. Aku malu! Kalau saja pakaian yang dikenakan tidak terbuka seperti itu barangkali aku masih mau” jawab Anisa.

“Bagus, kami mendukungmu Nak. Meskipun sehari-harinya kamu belum memakai jilbab, bukan berarti kamu bebas tampil terbuka di depan orang banyak. Besok bilang ke bu guru, kalau masih diperlukan untuk mengisi acara, ikut saja baca puisi atau nyanyi” saran sang bapak.

Di sekolah, keesokan harinya

“Bagaimana Nisa, kamu sudah minta pendapat orang tuamu?” tanya bu Guru yang tak sabar ingin mendengar keputusan Anisa. Dia berharap Anisa berubah pikiran dan mau ikut di acara kirab nanti.

“Sudah Bu. Sama seperti saya, kedua orang tua saya juga tidak setuju jika saya ikut mengisi acara dengan pakaian terbuka seperti itu” jawab Anisa tertunduk. Dia tak berani menatap wajah sang guru.

“Alasannya?” tanya sang guru kecewa.

“Bapak bilang, meskipun Anisa belum memakai jilbab, bukan berarti boleh berpakaian terbuka di depan orang banyak. Kata bapak, kalau Bu Guru masih memerlukan pengisi acara, Anisa boleh ikut membaca puisi atau menyanyi” Anisa memberanikan diri memandang sang guru di depannya.

“Oh ya sudah, tidak apa-apa. Ibu mengerti dengan alasan kalian. Kalau begitu, kamu ikut nyanyi ya? Ibu harap kali ini kamu tak menolak lagi. Tenang, kamu nanti tampil tidak sendiri, tapi bersama tujuh orang temanmu. Dan kamu juga tak usah khawatir karena untuk acara nyanyi kalian memakai pakaian muslim. Kamu bisa kan?”

“Insya Allah, Bu” jawab Anisa lega.

Sabtu siang, acara pelepasan siswa siswi kelas enam dilaksanakan

Sejak jam setengah sembilan, kedua orang tua Anisa sudah berada dihalaman sekolah yang sudah diubah layaknya acara resepsi pernikahan. Dua tenda besar didirikan berdampingan sebagai tempat duduk siswa siswi yang akan diwisuda, wali murid dan tamu undangan. Di bagian depan berdiri panggung berukuran sedang sebagai panggung hiburan dan tempat acara wisuda siswa siswi kelas enam. Kehadiran kedua orang tua Anisa bukan karena anaknya akan diwisuda, Anisa baru kelas empat. Kedua orang tua Anisa hadir untuk melihat penampilan putri semata wayang mereka yang akan bernyanyi meskipun mendapat giliran di akhir acara.

Berbagai acara kesenian satu persatu ditampilkan. Semuanya lucu dan mengibur. Pukul sebelas acara intipun dimulai. Rombongan kirab keluar dari salah satu kelas yang terletak di belakang tenda para tamu. Seorang guru berseragam toga berjalan paling depan bertindak sebagai punggawa, memimpin rombongan kirab. Di belakang sang punggawa, berjalan raja dan ratu ‘cilik’ diiringi belasan dayang putra dan putri membawa nampan-nampan berisi gulungan kertas yang akan diberikan kepada para siswa yang diwisuda. Mereka semua –kecuali sang guru– mengenakan kain dan ‘kemben’ –pakaian atas hanya sebatas dada- layaknya pakaian di kerajaan Jawa.

Kehadiran rombongan kirab disambut meriah oleh siswa-siswi dan wali murid yang hadir. Beberapa siswa, guru dan juga orang tua murid tampak sibuk mengabadikan momen ini dengan kamera ponsel dan kamera digital mereka.

Di salah satu sudut, agak terpisah dari keramaian, kedua orang tua Anisa menyaksikan acara ini dengan mata berkaca-kaca. Bukan, bukan karena Anisa ada diantara para dayang cilik yang terlihat lucu dan menggemaskan. Anisa tak ada dalam rombongan kirab tersebut. Bukan tidak terpilih tapi justru Anisa yang menolaknya. Dan alasan Anisa menolak tawaran itulah yang membuat kedua orang tuanya merasa sangat terharu.

Alhamdulillah, berkali-kali kedua orang tua Anisa mengucap syukur dalam hati. Kini mereka benar-benar merasa bangga dengan keputusan yang diambil oleh putri semata wayang mereka. Bagi anak seusianya, tampil di depan teman-teman dan orang tuanya dengan dandanan yang ‘tak biasa’ barangkali kesempatan yang tak boleh dilewatkan. Apalagi untuk ikut dalam rombongan kirab, para guru melakukan seleksi terlebih dahulu terhadap siswa siswinya. Mereka yang terpilih adalah yang relatif berparas cantik dan juga ganteng. Bisa ikut dalam rombongan kirab jelas sebuah kebanggan tersendiri. Tapi berbeda dalam pandangan Anisa. Ia lebih memilih melupakan keinginannya tampil cantik daripada harus berpakaian terbuka hingga sebatas dada.

Dalam kesehariannya, Anisa memang belum mengenakan jilbab. Tapi sebenarnya dia dan kedua orang tuanya sudah sepakat bahwa saat kenaikan kelas lima nanti, Anisa akan mengenakan jilbab baik di rumah maupun di sekolah. Beberapa pakaian dan seragam sekolah sudah siap delapan puluh persen. Tinggal menggenapkan dan memantapkan niat saja. Tapi meskipun sampai saat ini jilbab belum dipakai, sesungguhnya hati Anisa sudah mulai berjilbab. Itu terbukti ketika sang guru menawarinya ikut dalam rombongan kirab, Anisa menolaknya. Hal ini yang membuat kedua orang tuanya merasa haru dan bangga dengan pemikiran Anisa.

Acara demi acarapun berlangsung dengan lancar dan meriah. Menjelang akhr acara, Anisa dan ketujuh temannya tampil menyanyikan sebuah lagu. Keharuan begitu nampak di wajah kedua orang tua Anisa. Mereka bangga menyaksikan putri tunggalnya tampil anggun dengan pakaian muslimnya. Mereka bangga dengan keputusan Anisa. Mereka semakin yakin bahwa buah hatinya telah siap untuk berjilbab.

“Ya Allah, bimbinglah anak kami agar ia tetap istiqomah saat sudah berjilbab nanti. Tuntun kami agar bisa membimbingnya menjadi anak yang sholehah, yang bukan saja membanggakan kami selaku orang tuanya tapi juga agama dengan jilbabnya. Amin” lirih mereka berdoa “Anisa, kau tampak lebih cantik dalam pakaian jilbabmu. Berjanjilah nak, bahwa saat kau mulai mengenakannya nanti, kau tak akan melepasnya lagi !”

Oleh Nurudin

Rabu, 02 Juni 2010

Hati Seorang Ayah



Suatu ketika ada seorang anak perempuan yg bertanya kepada ayahnya,tatkala tanpa sengaja ia melihat ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut,dengan badanya yang mulai membungkuk, disertai suara batuknya yang khas.

Anak perempuan itu bertanya kepada ayahnya,: "ayah, kenapa wajah ayah kian berkerut dan badan ayah kian hari kiat membungkuk?? ?" demikian pertanyaannya ketika ayahnya sedang santai di beranda, Si ayah menjawab " Karena aku lelaki "

anak perempuan itu berkata sendirian " aku tidak mengerti" dengan berkerut kening karena jawaban ayahnya membuat hatinya bingung dan ga mengerti. Ayah hanya tersenyum, dipeluk dan dibelainya rambut anaknya sambil menepuk bahunya dan berkata "Anakku kamu memang belum mengerti tentang lelaki ". Demikian bisik sang ayah yang membuat anaknya bertambah bingung.

Karena perasaan ingin tahu dan ia mendapatkan ibunya lalu bertanya kepada ibunya.
"Ibu, mengapa wajah ayah kian berkerut dan badan ayah kian hari kian membungkuk? dan sepertinya ayah mengalami demikian tanpa ada keluhan atau rasa sakit ???"
Ibunya menjawab "Anakku, jika memang seorang lelaki bertanggung jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian ". hanya itu jawaban si ibu dan anak itupun kemudian tumbuh dan menjadi dewasa, tapi ia tetap masih mencari-cari jawaban, kenapa wajah ayahnya yang tampan berubah menjadi berkerut dan badannya membungkuk??

Hingga suatu malam ia bermimpi, dan didalam mimpinya ia seolah-olah ia mendengar suara yg lembut dan kata-katanya terdengar dengan jelas, itu ternyata rangkaian jawaban pertannyaannya selama ini yang selalu ia cari.

" Saat kuciptakan lelaki, AKU membuatnya sebagai pemimpin keluarga, serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga tersebut, dan ia senantiasa akan berusaha menahan setiap ujungnya agar keluarganya senantiasa merasa aman, teduh dan terlindungi. "

"Kuciptakan bahunya yg kuat dan berotot untuk membanting tulang menghidupi seluruh keluarganya dan kegagahannya harus cukup kuat untuk melindungi seluruh keluarganya. "

"Kuberi kemauan kepadanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yg berasal dari titisan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, walaupun seringkali ia mendapat cercaan dari anak-anaknya, "

"Kuberikan keperkasaan dan mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya ia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya ia merelakan badannya berbasah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan terhembus angin, ia relakan tenaga perkasanya demi keluarganya dan yang selalu dia ingat adalah disaat semua keluarganya menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil jerih payahnya."

"Kuberikan kesabaran,ketekunan dan dan kesungguhan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat dan membimbing keluarganya tanpa ada keluh kesah. walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan seringkali menerpanya."

"Kuberikan perasaan kuat dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai dan mengasihi keluarganya, didalam suasana dan situasi apapun, walaupun tidak jarang anak-anaknya melukai perasaannya dan hatinya."

"Padahal perasaannya itu pulalah yang telah memberikan rasa aman disaat anak-anaknya tertidur lelap, serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anaknya agar selalu saling mengasihi dan menyayangi sesama saudara."

"Kuberikan kebijaksanaan dan kemampuan kepadanya untuk memberikan pengertian dan kesadaran kepada anak-anaknya tentang saat kini dan saat mendatang,bahkan seringkali ditentang dan ditolak oleh anak-anaknya. "

"Kuberikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan dan kesadaran bahwa istri yang baik adalah istri yang setia terhadap suaminya, istri yang baik adalah istri yang selalu menemani dan bersama-sama menjalani perjalanan hidup baik suka maupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada istri,agar tetap berdiri, bertahan, sepadan dan saling melengkapi dan saling mengasihi."

"Kuberikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti, bahwa lelaki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari dan menemukan cara agar keluarganya dapat hidup didalam keluarga bahagia dan badannya yang bungkuk agar dapat membuktikan, bahwa sebagai lelaki yang bertanggung jawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga dan segenap perasaannya, kekuatannya, kesungguhannya demi kelanjutan hidup keluarganya. "

"Kuberikan kepada lelaki tanggung jawab penuh sebagai pemimpin keluarga, sebagai tiang penyangga, agar dapat dipergunakan sebaik-baiknya, dan hanya inilah kelebihan yang hanya dimiliki oleh lelaki. walaupun sebenarnya amanah ini adalah di dunia dan di akhirat."

Terkejut anak dari tidurnya dan segera ia berlari, berlutut dan berdo'a hingga menjelang subuh,setelah itu ia hampiri bilik ayahnya yang sedang berdoa, ketika ayahnya berdiri si anak menggenggam dan mencium telapak tangan ayahnya.
"AKU MENDENGAR DAN MERASAKAN BEBANMU, AYAH"

Bila ayah masih hidup jangan sia-siakan membuat hatinya tersenyum dan gembira,Bila ayah telah tiada jangan putuskan tali silaturahim yang telah dirintisnya, dan do'akan agar TUHAN selalu menjaganya dengan sebaik-baiknya .



(sumber :milist)