Welcome to my blog :)

rss

Sabtu, 24 April 2010

aKu Tak Bisa Tidur Akhi ^___^

Hari ini jam 0:14
Aku tak bisa tidur. Besok aku menikah. Aku tak bisa tidur. Sekuat apapun menutup mata, aku tak bisa tidur! Jantungku berdebar kencang sekali, jadi aku tak bisa tidur. Ya, Rabb… pria itu ternyata yang kutunggu 22 tahun ini… dan besok… Insya Allah atas izin-Mu, aku… Aaahhh… aku malu… malu sekali untuk sekedar mengucapkan “sebentar lagi aku menjadi istrinya…”
Aku berdiri, mondar – mandir gak jelas di kamar. Aku bercermin, memperhatikan wajahku sendiri yang merah merona seperti kepiting rebus. Aku malu sekali, tapi aku senang. Aku bahagia. Aku melihat gaun pengantin putih yang kugantung di lemari. Lagi – lagi aku malu sendiri. Aku menyentuh pipiku dengan kedua tanganku.
“Istrinya Danof… Ahahahha! Belum… belum… bersabarlah sedikit, nak…” ujarku dalam hati.
Aku memandangi refleksi diriku dalam cermin “Hey, gadis cantik dalam cermin… Hmmm… sepertinya kamu sudah pantas menjadi istrinya! Jadi… bahagiakan dia!” Ucapku dengan nada suara yang agak berat. Meniru suara Pak RT.
“Ohoooo iyaaa… insya Allah… Pasti! Pasti berusaha!” Jawabku dengan suara normal, sambil mengacungkan jempol, sambil tersenyum. Senyum termanis seorang gadis yang malu – malu.
“Rrrrr….. Rrrrr…. Rrrrr…” Ponselku bergetar.
“Aih… siapa sms jam 2 pagi gini?” tanyaku sendiri sambil membuka inbox ponselku.

From : Danof
Adek… Uda gak bisa bobok… deg – deg-an… =________=

Aku tersenyum sendiri ketika membaca sms dari calon suamiku itu. Aku berniat membalasnya. Tapi ku urungkan. Hihihihihi… biar uda deg – deg-an sendiri panic. Ehehhehe… tapi akhirnya tanganku gatal, pingin balas sms calon suamiku itu.

To : Danof
Adek juga… ^_________^

Selesai membalas sms itu aku berbaring. Kubaca sms Danof berulang – ulang. Tanpa sadar aku sudah terlelap sendiri.
Aku merasa belum lama menutup mata. Tapi teman – temanku yang sengaja menginap dirumahku untuk mendandaniku sudah heboh mengetuk pintu. “Tuan putri, udah saatnya di dandani! Mau nikah gak sih? Kalau enggak aku gantiin nih!” Seru salah satu temanku diikuti tawa seluruh teman – temanku.
Aku bangun. Tersenyum. Lalu membuka pintu. Teman – temanku langsung masuk berhamburan.
“Cie… cie… nyenyak tidurnya… aih…” goda temanku.
“Apa sih…” Jawabku tersipu malu.
“Ayo kita rias sang putri! Nanti terlambat! Sholat dulu gih!” Seru salah satu temanku.
Aku menuruti apa yang dikatakan oleh teman – temanku, selesai sholat, aku di dandani sederhana saja. Mereka bilang aku cantik. Tapi menurutku…. Aku cantik sekali! Ehehehehe!
Masjid Al- Ikhlas. Tempat dimana akad pernikahan kami akan dilangsungkan. Danof sudah lebih dulu disana. Aku berjalan bersama teman – temanku ke Masjid itu. Aku masih deg – deg-an sekali sampai tak bisa bernafas. Ah lebai! Ujarku pada diriku sendiri. Di pintu Masjid ada foto kami berdua. Membuatku semakin grogi! Aih! Ingin ditelan bumi saja! Jangan deng! Jangan klo Danof-ku gak ikutan ketelan!

Aku masuk. Ada ceramah singkat tentang pernikahan. Aku mendengarkannya baik – baik. Fokus… ucapku dalam hati. Tak lama aku di panggil untuk duduk di sebelah kiri Danof. Kerudungku menjadi kerudungnya juga. Aku menatap pria yang duduk di sebelahku, Beberapa detik sebelum dia menjadi bagian yang paling penting dari hidupku, beberapa detik sebelum dia meng-ikrarkan bahwa ia menginginkanku, beberapa detik sebelum dia menjadi seseorang yang berhak atasku, Beberapa detik sebelum aku memanggilnya…”suamiku…”.
Akad berlangsung lancar. Alhamdulillah, tanpa diulang. Dan hari ini. Akulah wanita paling bahagia! Memiliki suami sepertinya. Aku bahagia, karena pria ini adalah pria yang sungguh kucintai. Tak mudah bagi kami sampai kesini. Banyak yang Ia korbankan, banyak juga yang aku korbankan. Tapi semuanya tetap saja indah. Karena aku melalui semuanya bersamanya… hehehe…
Mulai detik ini, aku istrinya. Iya, wanita paling beruntung itu aku. Dirumah kami yang sederhana, aku duduk di ruang tamu bersamanya.
“Adek…” Panggilnya lembut.
“Iya, suamiku…” Jawabku agak janggal. Hehehhe… belum terbiasa memanggilnya seperti itu.
“Adek bahagia?” tanyanya.
“Enggak…” Jawabku singkat, tanpa memandangnya.
“Hah?! Adek ni! Seriuslah! Uda serius nih!” Tanyanya meyakinkan dengan ekspresi wajah panik, bingung, dan aneh.
“Iya, enggak salah lagi… Bahagia banget… ehehehhe” jawabku sambil tersenyum.
“Adek sayang ama uda?” Tanyanya lagi.
“Hmmm… gimana yah? pertanyaan yang sulit!” jawabku bercanda.
“Aaa… adekkk… uda serius! Adek ni…” jawabnya mulai ngambek.
“Iya, cinta! cinta!” jawabku pura – pura cuek.
“Jangan sok cuek gitu deh, dek… kartu adek udah sama uda semua nih! mau dikeluarin!” ancamnya.
“Keluarinlah, suamiku tercinta… adekpun punya kartu Uda, plus joker – jokernya!” tantangku.
Dia tertawa. “Adek ni! uda sebenernya tau, cuma uda pingin denger langsung dari adek… dari istriku…” ujarnya lembut.
Aihh… jantungku serasa mau copot denger kata ‘istriku’ dari mulutnya. “Iya, uda… udaku yang kecut… ehehehhe!” Candaku lagi, menutupi rasa maluku.
“Adeeeeekkk…” serunya dengan nada hampir menyerah.
“Adek sayang uda…” Ucapku tulus sambil tersenyum.
Hening. Danof terdiam, tak membalas senyumku. Dia malah menarik daguku supaya berhadapan dengannya lalu mengecup keningku lembut. Dan beberapa detik setelahnya, wajahku serasa terbakar… malu… Danof tertawa. “Muka adek merah kuadrat… hahahaha!” godanya.
“Aaaahhh… perasaan uda aja… biasa aja koq… sembarangan!” ujarku membela diri, meski aku tahu yang dikatakannya benar.
Dia menggandeng tanganku. Cara gandengan tangan yang aneh, ia mengaitkan kelingkingnya ke kelingkingku “Ayo bobok, dek… uda ngantuk…” Ujarnya sambil menutup mulutnya yang sudah mulai menguap. Aku menurut saja.
Pria yang terbaring lelap di sampingku ini. Lihatlah dia… orang lain dalam hidupku, tak berhubungan darah denganku, namun memberikan segalanya untukku demi membahagiakanku. Aku menatap wajahnya yang sedah tertidur pulas. Menghafal setiap garis wajahnya. Mengingat ekspresi pulasnya. Aku memandanginya dengan takjub. Bagaiman bisa Allah menakdirkannya menjadi bagian dari hidupku…? Tanyaku.
“Adek… adek kemana…?” Igaunya.
Aku tersenyum kecil mendengar Danof mengigau. “Adek disini, uda…” jawabku sambil membelainya lembut. Dan beberapa saat setelah itu, tanpa kusadari, akupun terlelap.
Paginya, uda membangunkanku dengan lembut. “Adek… ayo subuhan…” ucapnya sambil mengecup keningku.Aku langsung terbangun. Bagaimana tidak! Sepertinya dia sudah mulai mengetahui senjata ampuh untuk membangunkanku. Ahahahaha! Kami berwudhu, dan sholat berjamaah berdua. Setelah sholat, aku menyalaminya. Dia memintaku membaca Al-Qur’an, aku kira dia mau memperhatikanku, nyatanya dia malah berbaring di pangkuanku. Mendengarkanku sambil memejamkan mata.

Aku menyiapkan sarapan dan seragam yang dipakai Danof untuk berangkat kerja. Sepatunya kusemir sampai mengkilat. Memasukkan bekal k etas kerjanya dan semua yang perlu dibawanya. Danof sudah siap mau berangkat kerja.
“Adek… uda udah siap… tampan kan?” tanyanya PeDe sekali.
“Belum…” Jawabku seraya menghampirinya dan merapikan kerah dan ikat pinggangnya. “Ini baru suamiku yang tampan!” seruku setelahnya.
“Ehehehehe… Iya dong!” Ujarnya bangga sambil tersenyum. Ciri khas senyum Danof adalah taringnya. Aku senang sekali melihatnya tersenyum dengan embel – embel taring itu. Hehehehe…
Aku mengantarnya sampai ke Halte. Seperti biasa dengan gandengan tangannya yang khas. Kelingking-kelingking. Sepanjang jalan, orang – orang memperhatikan kami Tapi… maaf saja… kami tak peduli. Dunia sedang milik kami. Sesampainya di Halte kami menunggu bis sambil bercerita – cerita. Tak lama kemudian, bus datang Ugh… sebenarnya aku gak pingin uda berangkat kerja hari ini… tapi mau bagaimana lagi.
“Gak salim, dek…” tanyanya lembut.
“Hehehehe… iya uda…” jawabku sambil meraih tanganannya dan menyaliminya.
“Uda pergi dulu yah..” pamitnya sambil naik bus. Tapi tertahan karena aku menarik ujung bajunya.
“Aaaadeeeek…” ucapnya sambil tersenyum.
“Uda hati – hati… cepat pulang…” Ujarku sambil melepas ujung bajunya.
“Iya… adek juga hati – hati yah… di rumah aja, jangan kemana – mana… jaga Iffah-nya ya, dek…” Pesannya.
Aku mengangguk dan melambai padanya, memandanginya sampai tak terlihat lagi. Lalu aku kembali ke ‘rumah kami’. Dan memulai hari keduaku sebagai istrinya… Aku bahagia. Bahagia mencintainya…

Story By Srikandi

Rabu, 14 April 2010

Kisah Cinta AnNisa

Suatu pagi aku terbangun dan berpeluang melihat mentari terbit. Aaah.. kecantikan alam ciptaan Allah memang tiada tolok bandingnya. Sedang aku memerhati, aku puji Tuhan atas segala keindahan yang telah Ia sajikan . aku duduk dan terasa kehadiranNya di sisiku.

Dia bertanya kepadaku, “Adakah kamu mencintai Aku?” Aku menjawab, “Sudah tentu! Engkaulah Penciptaku, masakan aku tidak mencintaiMu.” Kemudian Dia bertanya lagi, “Jika kamu ditakdirkan cacat anggota, adakah kamu akan mencitaiKu?” Aku tergamam seketika. Aku lihat tangan,kaki dan seluruh anggotaku; aku teringat pelbagai kerja yang mustahil aku lakukan tanpa anggotaku ini yang selama ini tidak kusedari kepentingannya.

Kemudian aku jawab, “Tentunya ia amat sukar bagiku, tetapi aku akan tetap mencintaiMu.” Kemudian Dia bertanya lagi, “Jika kamu ditakdirkan buta, adakah kamu akan menyayangi segala ciptaanKu?” Bagaimana mungkin bagiku untuk mencintai sesuatu yang di dunia ini yang tak mampu aku lihat? Kemudian aku berfikir...ramai orang yang ditakdirkan buta di dunia ini, dan mereka masih mencintai Allah dan segala ciptaanNya. Lantas aku menjawab, “Amat sukar bagiku membayangkan keadaanku yang sedemikina rupa, namun begitu aku akan tetap menyintaimu Ya Allah.”

Dia bertanya lagi, “Jika kamu ditakdirkan pekak, adakah kamu akan tetap mendengar kepada kata-kataKu?” Bagaimana mungkin bagiku mendengar jika aku pekak? Kemudian akutersedar bahawa mendengar itu tidak semestinya menggunakan telinga; tetapimenggunakan hati. Aku jawab, “Walaupun takdir itu amat berat bagiku, namun aku akan tetap menyintaiMu.”

Dia menyambung lagi persoalanNya, “Jika kamu ditakdirkan bisu adakah kamu akan terus memujiKu?” Aku tertanya lagi, bagaimana aku boleh memuji tanpa suara? Aku terfikir kemudian yang Allah mahu kitame mujiNya dari dalam hati dan jiwa kita; tidak penting bagaimanakah bunyinya. Kemudian aku menjawab, “Sungguhpun aku tidak mampu untuk mambunyikan pujian bagiMu, aku akan tetap memujiMu.” Dan...

Dia terus betanya lagi, “Adakah kamu benar-benar menyintaiKu?” dengan nada yang tegas dan penuh keberanian. Aku jawab dengan yakin, “Ya, benar Tuhanku, aku menyintaimu kerana Engkaulah satu-satunya Tuhanku dan Tuhan yang sebenar!” Aku fikir jawapanku tadi sudah cukup bagus untuk menjawab soalanNya tadi, tetapi Dia terus bertanyakan lagi, “Kalau begitu kenapa kamu masih melakukan dosa?” Aku jawab, “Kerana aku cuma manusia bisa yang selalu lalai; aku tidak sempurna...aku bukan maksum.” “Kalau begitu, kenapa ketika kamu senang dan gembira...kamu lupakanKu; kamu lari jauh daripadaKu? Dan kenapa ketika kamu susah dan mahukan bantuan...kamu terus ingat kepada Aku; kamu datang dekat dan merayu kepada Aku?”

Aku tidak mampu berkata-kata. Yang kusedari...titisan panas turun membasahi pipiku. Dia sambung lagi, “Mengapa kamu buat begini...kadang-kadang sujud menyembahKu, dan kemudian membelakangiKu; tidak pedulikanKu? Mengapa kamu hanya datang mencariKu hanya ketika kamu nengingatiKu? Mengapa kamu meminta kepadaKu sedang kamu tidak setia kepadaKu?” Kurasakan titisan panas mengalir deras membasahi pipiku tanpa henti. “Mengapa kamu malu kepadaKu? Mengapa kamu tidak mahu menyebarkan suruhanKu? Mengapa ketika kamu dizalimi kamu adukan kepada yang lain sedang Aku sedia mendengar segala rintihanmu? Mengapa kamu sering membuat alasan ketika Aku memberimu peluang untuk berkhidmat di jalanKu?”

Mengapa kamu sering membuat alasan ketika Aku memberimu peluang untuk berkhidmat di jalanKu?

Ku gagahi bibirku untuk mengucapkan patah-patah perkataan bagi menjawab segala soalan yang bertubi-tubi diajukan kepadaku. Tetapi aku tidak punyai jawapan bagi persoalan-persoalan tadi. Lidahku yang selama ini lancar berkata-kata, kini kelu. Otakku ligat mencari jawapan... atau alasan... namun tiada apa yang kutemui sebagai jawapan. Dia berkata-kata lagi... “Kamu diberikan sebuah kehidupan. Aku jadikan dalam dirimu keistimewaan dan kelebihan berbanding orang lain untuk kamu berjuang di jalanKu, tetapi kamu tetap berpaling dari jalanKu. Aku tunjukkan kepadamu kata-kataKu sebagai panduan kamu dalam hidup ini, tetapi kamu tidak mahu mempelajari atau menghayatinya.

Acap kali Aku berkata-kata kepadamu, tetapi kamu berpaling daripada melihatnya. Aku turunkan kepada kamu pesuruhKu, tetapi kamu tidak ambil peduli ketika sunnahnya ditinggalkan. Aku dengar segala permintaan dan rayuanmu kepadaKu... dan semuanya telah Aku perkenankan dengan pelbagai cara.”

SambungNya lagi, “Kini... adakah kamu menyintaiKu?” Aku tidak mampu menjawabnya lagi. Bagaimana harus aku jawab persoalan ini.. Dalam tak sedar, aku malu dengan segala apa yang telah aku lakukan selama ini. Aku tidak lagi punya alasan bagi menyelamatkan diriku. Apa yang boleh aku jawab bagi persoalan itu? Ketika hatiku berteriak menangis, dan bercucuran airmata mengalir turun di kedua-dua belah pipiku, aku merintih, “Oh Tuhanku... ampunkanlah segala dosaku. Aku tidak layak menjadi hambaMu Ya Allah...” ..Kemudian Dia menjawab, “Sifatku pengampun...barangsiapa yang memohon keampunan dariKu, nescaya Aku ampunkannya. Dan Aku ampunkan kamu wahai hambaKu.”

Aku bertanya kepadaNya, “Mengapa Engkau tetap mengampunkanku sungguhpun aku melakukan kesalahan berulangkali dan memohon ampun berulangkali? Sampai begitu sekalikah cintaMu terhadapku?” Dia menjawab “Kerana kamu adalah ciptaanKu. Aku sekali-kali tidak akan mengabaikanmu. Apabila kamu menangis aku akan bersimpati kepadamu dan mendengar segala rintihanmu. Apabila kamu melonjak kegirangan Aku akan turut gembira dengan kegembiraanmu. Apabila kamu berasa gundah dan kesepian, Aku akan memberikanmu semangat. Apabila kamu jatuh Aku akan membangkitkanmu. Apabila kamu keletihan Aku akan membantumu. Aku akan tetap bersama-samamu hinggalah ke hari yang akhir dan Aku akan menyayangimu selama-lamanya.”

Seingat aku... aku tidak pernah menangis sebegini. Aku sendiri tidak mengerti kenapa hatiku ini begitu keras; tidak mampu menangis menyesali segala dosaku selama ini. Dan..buat kali pertamanya dalam hidupku ini... aku benar-benar solat dalam ertikata yang sebenar. Ya Allah..betapa indahnya dapat merasakan kehadiran-Mu di setiap waktu..