Welcome to my blog :)

rss

Selasa, 29 Juni 2010

jilbabku…jilbabmu…kok bisa beda

ukhti ada yang ingin kusampaikan “HIDAYAH ITU BUKAN UNTUK DITUNGGU KEDATANGANNYA…..TAPI DIJEMPUT DAN DIRAIH SERTA DIGAPAI DENGAN USAHA, INSYA ALLAH DIA AKAN DATANG……SAAT DIA DATANG RENGKUHLAH KUAT JANGAN SAMPAI DIA LEPAS KARENA AKAN SULIT TUK MERAIHNYA, RENGKUH HINGGA TAK AKAN LEPAS HINGGA AKHIR HAYAT”

Arti kata jilbab ketika Al-Qur’an diturunkan adalah kain yang menutup dari atas sampai bawah, tutup kepala, selimut, kain yang di pakai lapisan yang kedua oleh wanita dan semua pakaian wanita, ini adalah beberapa arti jilbab seperti yang dikatakan Imam Alusiy dalam tafsirnya Ruuhul Ma’ani.
Imam Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan; Jilbab berarti kain yang lebih besar ukurannya dari khimar (kerudung), sedang yang benar menurutnya jilbab adalah kain yang menutup semua badan.
Dari atas tampaklah jelas kalau jilbab yang dikenal oleh masyarakat indonesia dengan arti atau bentuk yang sudah berubah dari arti asli jilbab itu sendiri, dan perubahan yang demikian ini adalah bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah sebab perjalanan waktu dari masa Nabi Muhammad SAW sampai sekarang atau disebabkan jarak antar tempat dan komunitas masyarakat yang berbeda yang tentu mempunyai peradaban atau kebudayaan berpakaian yang berbeda

jilbab_benar_03

jilbab_benar_022

Cara memakai jilbab
I. Cara memaki jilbab dengan arti aslinya yaitu sebelum diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi bahasa yang baku, adalah aturan yang mana para shahabat dan ulama’ berbeda pendapat ketika menafsirkan ayat Al-Qur’an di atas. Perbedaan cara memakai jilbab antara shahabat dan juga antara ulama itu disebab bagaimana idnaa’ul jilbab (melabuhkan jilbab atau melepasnya) yang ada dalam ayat itu. Ibnu Mas’ud dalam salah satu riwayat dari Ibnu Abbas menjelaskan cara yang diterangkan Al-Qur’an dengan kata idnaa’ yaitu dengan menutup semua wajah kecuali satu mata untuk melihat, sedangkan shahabat Qotadah dan riwayat Ibnu Abbas yang lain mengatakan bahwa cara memakainya yaitu dengan menutup dahi atau kening, hidung, dengan kedua mata tetap terbuka. Adapun Al-Hasan berpendapat bahwa memaki jilbab yang disebut dalam Al-Qur’an adalah dengan menutup separuh muka, beliau tidak menjelaskan bagian separuh yang mana yang ditutup dan yang dibuka ataukah tidak menutup muka sama sekali.
cadarnihDari perbedaan pemahaman shahabat seputar ayat di atas itu muncul pendapat ulama yang mewajibkan memaki niqob atau burqo’ (cadar) karena semua badan wanita adalah aurat (bagian badan yang wajib ditutup) seperti Abdul Aziz bin Baz Mufti Arab Saudi, Abu Al a’la Al maududi di Pakistan dan tidak sedikit Ulama-ulama Turky, India dan Mesir yang mewajibkan bagi wanita muslimah untuk memakai cadar yang menutup muka, Hal di atas sebagaimana yang ditulis oleh Dr.Yusuf Qardlawi dalam Fatawa Muashirah, namun beliau sendiri juga mempunyai pendapat bahwa wajah dan telapak tangan wanita adalah tidak aurat yang harus ditutup di depan laki-laki lain yang bukan mahram (laki-laki yang boleh menikahinya), beliau juga menegaskan bahwa pendapat itu bukan pendapatnya sendiri melainkan ada beberapa Ulama yang berpendapat sama, seperti Nashiruddin Al-Albani dan mayoritas Ulama-ulama Al-Azhar, Qardlawi juga berpendapat memakai niqob atau burqo’ (cadar) adalah kesadaran beragama yang tinggi yang mana bila dipaksakan kepada orang lain, maka pemaksaan itu dinilainya kurang baik, sebab wanita yang tidak menutup wajahnya dengan cadar juga mengikuti ijtihad Ulama yang kredibelitas dalam berijtihadnya dipertanggung jawabkan
Sedangkan empat Madzhab, Hanafiyah, Malikiyah, Syafi`iyah dan Hanabila berpendapat bahwa wajah wanita tidaklah aurat yang wajib ditutupi di depan laki-laki lain bila sekira tidak ditakutkan terjadi fitnah jinsiyah (godaan seksual), menggugah nafsu seks laki-laki yang melihat. Sedangkan Syafi’iyah juga ada yang berpendapat bahwa wajah dan telapak tangan wanita adalah aurat (bagian yang wajib ditutup) seperti yang ada dalam kitab Madzahibul Arba’ah, diperbolehkannya membuka telapak tangan dan wajah bagi wanita menurut mereka disebabkan wanita tidak bisa tidak tertuntut untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya baik dengan jual beli, syahadah (persaksian sebuah kasus), berdakwah kepada masyarakatnya dan lain sebagainya, yang semuanya itu tidak akan sempurnah terlaksana apabila tidak terbuka dan kelihatan.
Ringkasnya, para ulama Islam salafy (klasik)sampai yang muashir (moderen) masih berselisih dalam hal tersebut di atas. Bagi muslimah boleh memilih pendapat yang menurut dia adalah yang paling benar dan autentik juga dengan mempertimbangkan hal lain yang lebih bermanfaat dan penting dibanding hanya menutup wajah yang hanya bertujuan menghindari fitnah jinsiyah yang masih belum bisa dipastikan bahwa hal itu memang disebabkan membuka wajah dan telapak tangan saja.
II. Imam Zamahsyari dalam Al-Kasysyaf menyebutkan cara lain memakai jilbab menurut para ulama yaitu dengan menutup bagian atas mulai dari alis mata dan memutarkan kain itu untuk menutup hidung, jadi yang kelihatan adalah kedua mata dan sekitarnya. Cara lain yaitu menutup salah satu mata dan kening dan menampakkan sebelah mata saja, cara ini lebih rapat dan lebihbisa menutupi dari pada cara yang tadi. Cara selanjutnya yang disebutkan oleh Imam Zamahsyari adalah dengan menutup wajah, dada dan memanjangkan kain jilbab itu ke bawah, dalam hal ini jilbab haruslah panjang dan tidak cukup kalau hanya menutup kepala dan leher saja tapi harus juga dada dan badan, Cara-cara di atas adalah pendapat Ulama dalam menginterpretasikan ayat Al-Qur’an atau lebih tepatnya ketika menafsirkan kata idnaa’ (melabuhkan jilbab atau melepasnya kebawah).
Nah,mungkin dari sinilah muncul pendapat bahwa berjilbab atau menutup kepala harus dengan kain yang panjang dan bisa menutup dada lengan dan badan selain ada baju yang sudah menutupinya, karena jilbab menurut Ibnu Abbas adalah kain panjang yang menutup semua badan, maka bila seorang wanita muslimah hanya memaki tutup kepala yang relatif kecil ukurannya yang hanya menutup kepala saja maka dia masih belum dikatakan berjilbab dan masih berdosa karena belum sempurnah dalam berjilbab seperti yang diperintahkan agama.
Namun sekali lagi menutup kepala seperti itu di atas adalah kesadaran tinggi dalam memenuhi seruan agama sebab banyak ulama yang tidak mengharuskan cara yang demikian. Kita tidak diharuskan mengikuti pendapat salah satu Ulama dan menyalahkan yang lain karena masalah ini adalah masalah ijtihadiyah (yang mungkin salah dan mungkin benar menurut Allah SWT) yang benar menurut Allah SWT akan mendapat dua pahala, pahala ijtihad dan pahala kebenaran dalam ijtihad itu, dan bagi yang salah dalam berijtihad mendapat satu pahala yaitu pahala ijtihad itu saja, ini apabila yang berijtihad sudah memenuhi syarat-syaratnya. Adalah sebuah kesalahan yaitu apabila kita memaksakan pendapat yang kita ikuti dan kita yakini benar kepada orang lain, apalagi sampai menyalahkan pendapat lain yang bertentangan tanpa tendensi pada argumen dalil yang kuat dalam Al-Qur’an dan Hadist atau Ijma’.
Aisyah ra. yang menjadi saksi mata atas hal ini berkata :

رَحِمَ الله ُنِسَاءَ اْلاَنْصَارِ وَالْمُهَاجِرَاتِ لَمَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِنَّ “وَلْيَضْرِبْنَ مِنْ جَلاَ بِيْبِهِنَّ عَلَى جُيُوْ بِهِنَّ” شَقَقْنَ مُرُوْطَهُنَّ فَلْيَخْتَمِرْنَ بِهَا

“Semoga Allah merahmati wanita Anshar dan Muhajirin, tatkala turun kepada mereka ayat “hendaknya mereka mengenakan kain panjang (jilbab) sampai ke atas dada mereka,” mereka memotong kain-kain mereka, lalu mereka menjadikan kain-kain itu sebagai penutup kepalanya”

Pada hadist lain disebutkan,

“Rasulullah sholAllohu ‘alaihi wassalam memerintahkan kami keluar untuk shalat ‘idul fitr dan ‘idul adha, baik yang masih gadis yang sedang menginjak dewasa, wanita-wanita yang sedang haidh maupun wanita-wanita yang dipingit. Adapun wanita-wanita yang sedang haidh mereka tidak ikut mengerjakan shalat, namun mereka menyaksikan kebaikan dan dakwah kaum muslimin. Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, salah seorang di antara kami ada yang tidak mempunyai jilbab. ‘Beliau menjawab, ‘Hendaklah saudarinya meminjamkan jilbabnya’”.

jadi……jilbabku dan jilbabmu itu gak beda tapi tetep sama saudariku.

Rasulullah SAW bersabda, “Ada dua golongan ahli neraka yang belum pernah aku lihat, yaitu kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi yang mereka gunakan untuk memukul orang lain dan para wanita yang berpakaian tapi auratnya terlihat, yang berjalan melenggak-lenggok, sedangkan kepala mereka bagaikan punuk unta yang miring. Mereka itu tidak akan masuk ke dalam surga dan juga tidak akan mencium bau surga. Padahal, harum semerbak surga itu dapat dirasakan dari jarak yang begini dan begini.” [Muslim 6/168]

ayat Al-Qur’an yang jelasin tentang kewajiban menutup aurat lainnya….

surat An Nur: 31 :

“Katakanlah kepada wanita beriman, hendaklah mereka menahan pandangan mereka, memelihara kemaluan mereka dan jangan menampakkan perhiasan mereka kecuali apa yang biasa nampak. Hendaklah mereka menutupkan khimar mereka ke dada mereka; dan jangan menampakkan perhiasan mereka kecuali kepada suami mereka, ayah mereka, ayah suami mereka……”

Firman Alloh ta’ala dalam surat Al Ahzab ayat 59:

“Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu dan istri orang-orang beriman, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenal dan tidak diganggu orang. Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”


Sungguh saudariku…

Islam sangat memuliakanmu dengan adanya jilbab….agar kamu gak diganggu…agar kamu aman. Gak ada lagi alesan lum siap berjilbab sesuai syariah karena “lum siap” ato “shalat masih bolong-bolong”…….alasan klise yang dicari-cari, sungguh dengan berjilbab akhlakmu akan terpelihara dan semakin “memperbaiki dirimu”

memulai memang akan terasa sangat sulit….

tapikah kamu tahu saudariku…usia kita takkan tahu berhenti di detik keberapa dalam hidupmu. Inginkah kamu memurkai perintah Tuhanmu? apa kamu lebih takut dan malu cercaan manusia dibandingkan murka Sang Penciptamu?

bersegeralah…..Allah Maha Pengampun dan Penerima Taubat hamba-Nya

sumber :shaffiyah.wordpress.com

Sabtu, 19 Juni 2010

Puisi Pak Habibie untuk Istrinya



Puisi yang penuh HIKMAH yang dibuat oleh Bapak Prof BJ Habibie, untuk isteri yang sangat dicintainya, almarhumah Ibu Hasri Ainun Habibie :


Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.

Karena, aku tahu bahwa semua yang ADA pasti menjadi TIADA pada akhirnya,
Dan kematian adalah sesuatu yang PASTI,
Dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi,
Aku sangat tahu itu.

Tapi yang membuatku TERSENTAK sedemikian HEBAT,
Adalah kenyataan bahwa KEMATIAN …
Benar-benar dapat MEMUTUSKAN KEBAHAGIAAN dalam diri seseorang,
SEKEJAP saja…
Lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati,
Hatiku seperti tak di tempatnya,
Dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.



Kau tahu sayang,
Rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.

Pada air mata yang jatuh kali ini,
Aku selipkan salam perpisahan panjang,
Pada kesetiaan yang telah kau ukir,
Pada kenangan pahit manis selama kau ada,
Aku bukan hendak megeluh,
Tapi rasanya TERLALU SEBENTAR kau disini.

Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang,
Tanpa mereka sadari,
Bahwa KAULAH yang MENJADIKAN aku KEKASIH yang BAIK
Mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua,
Tapi kau AJARKAN aku KESETIAAN, sehingga aku SETIA,
Kau AJARKAN aku ARTI CINTA, sehingga aku mampu MENCINTAIMU seperti ini.

Selamat jalan,
Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya,
Kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.

Selamat jalan sayang,
Cahaya mataku, penyejuk jiwaku,
Selamat jalan,
CALON BIDADRI Surgaku ….

BJ.HABIBIE



INNAA LILLAAHI WA INNA ILAHI ROOJI’UUN

Itulah kita…. Manusia…
Merasakan besarnya NIKMAT Allah, setelah DIAMBIL KEMBALI oleh-Nya
Maka NIKMATILAH dengan PENUH SYUKUR…
Sesuai Kehendak-Nya…atas APA SAJA yang masih bisa kita NIKMATI…
Karena itu semua akan PERGI…

Dan Kita BERHARAP agar kenikmatan itu akan BERULANG,
Dalam kenikmatan yang ABADI,
Kenikmatan yang TIDAK AKAN PERGI selamanya,
Kenikmatan yang HAQIQI,
Di AKHIRAT nanti.

Manusia adalah cermin bagi manusia yang lain.
Jika seseorang berbudi pekerti LUHUR terhadap orang lain,
Maka orang lain pun akan berlaku serupa terhadapnya.
Sehingga, urat sarafnya akan selalu tenang tanpa gejolak
Dan hatinya akan senantiasa damai.
Berikutnya, ia akan merasakan bahwa dirinya hidup
Dalam masyarakat yang bersahabat.

Sebaliknya, bila seseorang berkepribadian BURUK
Dan menyakiti orang-orang di sekitarnya,
Maka mereka pun akan berlaku serupa terhadapnya.

Dan barnagsiapa tidak berbuat baik kepada orang lain,
Maka orang-orang pun tidak akan berbuat baik kepadanya.

Kita tidak akan mendapatkan CINTA bila kita tidak MENCINTAI
Kita tidak akan mendapatkan KESETIAAN bila kita tidak SETIA

Selamat jalan bu Ainun Habibie,
Semoga Allah SWT mengampunimu dan tidak menyia-nyiakan amalmu

Amin

Keputusan Anisa




Di sekolah, dua minggu menjelang acara perpisahan kelas enam

“Maaf Bu, sepertinya saya tidak bisa ikut kirab” Anisa menjawab pelan. Suaranya bergetar karena takut sang guru marah.

“Kenapa Nisa? Ini kesempatan bagus lho, nanti kamu akan didandani dan pasti terlihat cantik sekali. Sebelum menunjuk yang lain, ibu sudah langsung memilih kamu. Kamu termasuk yang paling cantik di kelas ini“ Bu Guru tak menyangka kalau Anisa akan menolak.

“Maaf Bu, saya tidak bisa jika harus berpakaian hanya sampai sebatas dada. Saya malu Bu!” Anisa menyampaikan keberatannya.

“Ya sudah, begini saja. Coba kamu pikir-pikir lagi, bicarakan hal ini dengan orang tuamu di rumah. Besok pagi ibu tunggu jawabannya” sang guru memberikan solusi. “Tapi ibu tetap berharap kamu mau ikut di acara kirab nanti, kamu pilihan pertama ibu” lanjutnya.

Di rumah, malam harinya

“Dua minggu lagi, di sekolah akan diadakan acara perpisahan kelas enam. Aku disuruh bu guru ikut acara kirab“ kata Anisa pada kedua orang tuanya di ruang tamu.

“Terus?” kata ibu dan bapaknya hampir bersamaan.

“Awalnya aku ingin ikut, aku ingin didandani seperti waktu acara resepsi pernikahan mbak Dwi. Tapi dalam kirab nanti pakaiannya hanya sebatas dada, akhirnya aku menolaknya. Aku malu! Kalau saja pakaian yang dikenakan tidak terbuka seperti itu barangkali aku masih mau” jawab Anisa.

“Bagus, kami mendukungmu Nak. Meskipun sehari-harinya kamu belum memakai jilbab, bukan berarti kamu bebas tampil terbuka di depan orang banyak. Besok bilang ke bu guru, kalau masih diperlukan untuk mengisi acara, ikut saja baca puisi atau nyanyi” saran sang bapak.

Di sekolah, keesokan harinya

“Bagaimana Nisa, kamu sudah minta pendapat orang tuamu?” tanya bu Guru yang tak sabar ingin mendengar keputusan Anisa. Dia berharap Anisa berubah pikiran dan mau ikut di acara kirab nanti.

“Sudah Bu. Sama seperti saya, kedua orang tua saya juga tidak setuju jika saya ikut mengisi acara dengan pakaian terbuka seperti itu” jawab Anisa tertunduk. Dia tak berani menatap wajah sang guru.

“Alasannya?” tanya sang guru kecewa.

“Bapak bilang, meskipun Anisa belum memakai jilbab, bukan berarti boleh berpakaian terbuka di depan orang banyak. Kata bapak, kalau Bu Guru masih memerlukan pengisi acara, Anisa boleh ikut membaca puisi atau menyanyi” Anisa memberanikan diri memandang sang guru di depannya.

“Oh ya sudah, tidak apa-apa. Ibu mengerti dengan alasan kalian. Kalau begitu, kamu ikut nyanyi ya? Ibu harap kali ini kamu tak menolak lagi. Tenang, kamu nanti tampil tidak sendiri, tapi bersama tujuh orang temanmu. Dan kamu juga tak usah khawatir karena untuk acara nyanyi kalian memakai pakaian muslim. Kamu bisa kan?”

“Insya Allah, Bu” jawab Anisa lega.

Sabtu siang, acara pelepasan siswa siswi kelas enam dilaksanakan

Sejak jam setengah sembilan, kedua orang tua Anisa sudah berada dihalaman sekolah yang sudah diubah layaknya acara resepsi pernikahan. Dua tenda besar didirikan berdampingan sebagai tempat duduk siswa siswi yang akan diwisuda, wali murid dan tamu undangan. Di bagian depan berdiri panggung berukuran sedang sebagai panggung hiburan dan tempat acara wisuda siswa siswi kelas enam. Kehadiran kedua orang tua Anisa bukan karena anaknya akan diwisuda, Anisa baru kelas empat. Kedua orang tua Anisa hadir untuk melihat penampilan putri semata wayang mereka yang akan bernyanyi meskipun mendapat giliran di akhir acara.

Berbagai acara kesenian satu persatu ditampilkan. Semuanya lucu dan mengibur. Pukul sebelas acara intipun dimulai. Rombongan kirab keluar dari salah satu kelas yang terletak di belakang tenda para tamu. Seorang guru berseragam toga berjalan paling depan bertindak sebagai punggawa, memimpin rombongan kirab. Di belakang sang punggawa, berjalan raja dan ratu ‘cilik’ diiringi belasan dayang putra dan putri membawa nampan-nampan berisi gulungan kertas yang akan diberikan kepada para siswa yang diwisuda. Mereka semua –kecuali sang guru– mengenakan kain dan ‘kemben’ –pakaian atas hanya sebatas dada- layaknya pakaian di kerajaan Jawa.

Kehadiran rombongan kirab disambut meriah oleh siswa-siswi dan wali murid yang hadir. Beberapa siswa, guru dan juga orang tua murid tampak sibuk mengabadikan momen ini dengan kamera ponsel dan kamera digital mereka.

Di salah satu sudut, agak terpisah dari keramaian, kedua orang tua Anisa menyaksikan acara ini dengan mata berkaca-kaca. Bukan, bukan karena Anisa ada diantara para dayang cilik yang terlihat lucu dan menggemaskan. Anisa tak ada dalam rombongan kirab tersebut. Bukan tidak terpilih tapi justru Anisa yang menolaknya. Dan alasan Anisa menolak tawaran itulah yang membuat kedua orang tuanya merasa sangat terharu.

Alhamdulillah, berkali-kali kedua orang tua Anisa mengucap syukur dalam hati. Kini mereka benar-benar merasa bangga dengan keputusan yang diambil oleh putri semata wayang mereka. Bagi anak seusianya, tampil di depan teman-teman dan orang tuanya dengan dandanan yang ‘tak biasa’ barangkali kesempatan yang tak boleh dilewatkan. Apalagi untuk ikut dalam rombongan kirab, para guru melakukan seleksi terlebih dahulu terhadap siswa siswinya. Mereka yang terpilih adalah yang relatif berparas cantik dan juga ganteng. Bisa ikut dalam rombongan kirab jelas sebuah kebanggan tersendiri. Tapi berbeda dalam pandangan Anisa. Ia lebih memilih melupakan keinginannya tampil cantik daripada harus berpakaian terbuka hingga sebatas dada.

Dalam kesehariannya, Anisa memang belum mengenakan jilbab. Tapi sebenarnya dia dan kedua orang tuanya sudah sepakat bahwa saat kenaikan kelas lima nanti, Anisa akan mengenakan jilbab baik di rumah maupun di sekolah. Beberapa pakaian dan seragam sekolah sudah siap delapan puluh persen. Tinggal menggenapkan dan memantapkan niat saja. Tapi meskipun sampai saat ini jilbab belum dipakai, sesungguhnya hati Anisa sudah mulai berjilbab. Itu terbukti ketika sang guru menawarinya ikut dalam rombongan kirab, Anisa menolaknya. Hal ini yang membuat kedua orang tuanya merasa haru dan bangga dengan pemikiran Anisa.

Acara demi acarapun berlangsung dengan lancar dan meriah. Menjelang akhr acara, Anisa dan ketujuh temannya tampil menyanyikan sebuah lagu. Keharuan begitu nampak di wajah kedua orang tua Anisa. Mereka bangga menyaksikan putri tunggalnya tampil anggun dengan pakaian muslimnya. Mereka bangga dengan keputusan Anisa. Mereka semakin yakin bahwa buah hatinya telah siap untuk berjilbab.

“Ya Allah, bimbinglah anak kami agar ia tetap istiqomah saat sudah berjilbab nanti. Tuntun kami agar bisa membimbingnya menjadi anak yang sholehah, yang bukan saja membanggakan kami selaku orang tuanya tapi juga agama dengan jilbabnya. Amin” lirih mereka berdoa “Anisa, kau tampak lebih cantik dalam pakaian jilbabmu. Berjanjilah nak, bahwa saat kau mulai mengenakannya nanti, kau tak akan melepasnya lagi !”

Oleh Nurudin

Rabu, 02 Juni 2010

Hati Seorang Ayah



Suatu ketika ada seorang anak perempuan yg bertanya kepada ayahnya,tatkala tanpa sengaja ia melihat ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut,dengan badanya yang mulai membungkuk, disertai suara batuknya yang khas.

Anak perempuan itu bertanya kepada ayahnya,: "ayah, kenapa wajah ayah kian berkerut dan badan ayah kian hari kiat membungkuk?? ?" demikian pertanyaannya ketika ayahnya sedang santai di beranda, Si ayah menjawab " Karena aku lelaki "

anak perempuan itu berkata sendirian " aku tidak mengerti" dengan berkerut kening karena jawaban ayahnya membuat hatinya bingung dan ga mengerti. Ayah hanya tersenyum, dipeluk dan dibelainya rambut anaknya sambil menepuk bahunya dan berkata "Anakku kamu memang belum mengerti tentang lelaki ". Demikian bisik sang ayah yang membuat anaknya bertambah bingung.

Karena perasaan ingin tahu dan ia mendapatkan ibunya lalu bertanya kepada ibunya.
"Ibu, mengapa wajah ayah kian berkerut dan badan ayah kian hari kian membungkuk? dan sepertinya ayah mengalami demikian tanpa ada keluhan atau rasa sakit ???"
Ibunya menjawab "Anakku, jika memang seorang lelaki bertanggung jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian ". hanya itu jawaban si ibu dan anak itupun kemudian tumbuh dan menjadi dewasa, tapi ia tetap masih mencari-cari jawaban, kenapa wajah ayahnya yang tampan berubah menjadi berkerut dan badannya membungkuk??

Hingga suatu malam ia bermimpi, dan didalam mimpinya ia seolah-olah ia mendengar suara yg lembut dan kata-katanya terdengar dengan jelas, itu ternyata rangkaian jawaban pertannyaannya selama ini yang selalu ia cari.

" Saat kuciptakan lelaki, AKU membuatnya sebagai pemimpin keluarga, serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga tersebut, dan ia senantiasa akan berusaha menahan setiap ujungnya agar keluarganya senantiasa merasa aman, teduh dan terlindungi. "

"Kuciptakan bahunya yg kuat dan berotot untuk membanting tulang menghidupi seluruh keluarganya dan kegagahannya harus cukup kuat untuk melindungi seluruh keluarganya. "

"Kuberi kemauan kepadanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yg berasal dari titisan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, walaupun seringkali ia mendapat cercaan dari anak-anaknya, "

"Kuberikan keperkasaan dan mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya ia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya ia merelakan badannya berbasah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan terhembus angin, ia relakan tenaga perkasanya demi keluarganya dan yang selalu dia ingat adalah disaat semua keluarganya menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil jerih payahnya."

"Kuberikan kesabaran,ketekunan dan dan kesungguhan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat dan membimbing keluarganya tanpa ada keluh kesah. walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan seringkali menerpanya."

"Kuberikan perasaan kuat dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai dan mengasihi keluarganya, didalam suasana dan situasi apapun, walaupun tidak jarang anak-anaknya melukai perasaannya dan hatinya."

"Padahal perasaannya itu pulalah yang telah memberikan rasa aman disaat anak-anaknya tertidur lelap, serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anaknya agar selalu saling mengasihi dan menyayangi sesama saudara."

"Kuberikan kebijaksanaan dan kemampuan kepadanya untuk memberikan pengertian dan kesadaran kepada anak-anaknya tentang saat kini dan saat mendatang,bahkan seringkali ditentang dan ditolak oleh anak-anaknya. "

"Kuberikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan dan kesadaran bahwa istri yang baik adalah istri yang setia terhadap suaminya, istri yang baik adalah istri yang selalu menemani dan bersama-sama menjalani perjalanan hidup baik suka maupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada istri,agar tetap berdiri, bertahan, sepadan dan saling melengkapi dan saling mengasihi."

"Kuberikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti, bahwa lelaki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari dan menemukan cara agar keluarganya dapat hidup didalam keluarga bahagia dan badannya yang bungkuk agar dapat membuktikan, bahwa sebagai lelaki yang bertanggung jawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga dan segenap perasaannya, kekuatannya, kesungguhannya demi kelanjutan hidup keluarganya. "

"Kuberikan kepada lelaki tanggung jawab penuh sebagai pemimpin keluarga, sebagai tiang penyangga, agar dapat dipergunakan sebaik-baiknya, dan hanya inilah kelebihan yang hanya dimiliki oleh lelaki. walaupun sebenarnya amanah ini adalah di dunia dan di akhirat."

Terkejut anak dari tidurnya dan segera ia berlari, berlutut dan berdo'a hingga menjelang subuh,setelah itu ia hampiri bilik ayahnya yang sedang berdoa, ketika ayahnya berdiri si anak menggenggam dan mencium telapak tangan ayahnya.
"AKU MENDENGAR DAN MERASAKAN BEBANMU, AYAH"

Bila ayah masih hidup jangan sia-siakan membuat hatinya tersenyum dan gembira,Bila ayah telah tiada jangan putuskan tali silaturahim yang telah dirintisnya, dan do'akan agar TUHAN selalu menjaganya dengan sebaik-baiknya .



(sumber :milist)

Jumat, 28 Mei 2010

Cerita Humor tentang pernikahan .... :))



Berikut kisah2 humor yang disadur dapet dari milis jadi gak bisa memastikan sanadnya apakah shahih....tapi setidaknya bisa jadi wawasan aja.... Dan semoga terhibur ketika membacanya :))


1. Taaruf Unik
Seorang ikhwan yang kuliah di semester akhir berazzam untuk menyempurnakan separuh dien-nya. Sebagaimana biasa, beliau pun menghubungi ustadnya dan memulai proses dari awal sampai akhirnya tiba saatnya untuk taaruf, yaitu dipertemukan dengan calonnya. Tibalah hari dan jam yang telah ditentukan, dengan semangat seorang aktivis, beliau datang tepat waktu di sebuah tempat yang telah di janjikan ustad. Taaruf pun dimulai, sang akhi duduk disebelah murobby, sementara agak jauh di depannya sang akhwat di temani murobbiyahnya dengan posisi duduk menyamping menjauhi sudut pandangan si ikhwan. Setelah sekian lama berlalu tak ada pembicaraan, sang murobby berbisik pelan pada mad'unya yang malu-malu ini,
" Gimana akhi, sudah lihat akhwatnya belum, sudah mantap apa belum .?"
" Sudah Ustad, saya mantap sekali ustad, akhwatnya yang sebelah kiri itu
khan ? "Murobbynya kaget, wajahnya berubah agak kemerahan. " Eh..gimana
antum ! yang itu istri saya !"


2. Kriteria
Seorang Akhi muda yang baru lulus S-2 di luar negri ditanya oleh ustadnya mengenai kriteria akhwat yang diinginkannya. Maka dengan segala idealisme sebagai seorang Ikhwan, mulailah ia mencari-cari kriteria dan menuliskan hampir lebih dari sepuluh kriteria, kemudian menyerahkan pada ustadnya tersebut. Kriterianya sangat bermacam-macam dan agak mengada-ada. Dari yang pertama dia harus seorang akhwat, cantik, pendidikan tinggi, Suku Sunda, berkacamata, lulus dengan cumlaude, hafal sekian juz. dan demikian seterusnya. Setelah diproses oleh sang ustad, akhirnya ia diberitahu bahwa tidak ada akhwat yang bisa sesuai dengan 10 syarat tesebut. Kemudian sang Ikhwan mengurangi kriterianya menjadi 9, setelah diproses sekian minggu ternyata hasilnya nihil. Kemudian sang ikhwan mengurangi satu lagi dari kriterianya menjadi delapan. Dan setelah ditunggu sekian lama hasilnya tetap nihil karena terlau ideal kata ustadnya. Dan demikian seterusnya setiap kali gagal sang ikhwan mengurangi satu kriteria. Sampai setelah lewat lebih dari dua tahun sang Ikhwan akhirnya menemukan pasangan hidupnya.Tapi itupun setelah kriterianya tinggal satu !


3. Poligami
Seorang Akhi baru saja melangsungkan pernikahan dakwahnya dengan seorang akhwat yang sama-sama berjiwa aktivis pula. Minggu-minggu awal pun dilalui dengan penuh ceria, Qiyamul-lail berjamaah, baca Al-Ma'tsurat sama-sama, tabligh akbar bersama bahkan sampai demo dan longmarch pun dilakukan sama-sama. Suatu ketika setelah pulang dari suatu acara seminar bertemakan Poligami, pasangan ini terlibat dalam pembicaraan serius,
" Bagaimana Mi, pendapat Ummi tentang poligami secara umum "
" Abi, secara umum poligami tidak ada nilai buruknya sebagaimana yang
digemborkan banyak orang, bahkan itu merupakan solusi satu-satunya lho."
" solusi bagaimana maksud Ummi ?"
" Maksudnya, coba deh abi lihat, berapa perbandingan jumlah ikhwan dan
akhwat, di Jakarta aja lebih dari 1 : 7, kalau semuanya dapat satu-satu,
maka bagaimana nasib yang tiga lainnya ? "
" Kalo Ummi sudah paham, bagaimana kalo kita yang memulai ?"
" Maksud Abi bagaimana ? "
" Abi mau poligami, tapi yang cariin calonnya ummi saja ya."
" Apaa..! abi mau poligami ? "
" Ya dong, khan Ummi sendiri yang bilang tadi, ingat ini juga sunnah Nabi
Muhammad SAW lho.."
" Wah ! kalo begitu abi salah menafsirkan Siroh Nabawiyah, khan Rasul
berpoligami setelah istri pertamanya Kahdijah ra, meninggal.
Nah ! Jadi abi boleh menikah poligami sampai empat pun boleh, asal setelah
Ummi, istri pertama Abi ini, meninggal, OK ?"
" Ini pasti Murobbiyah ya yang ngajari..?"
Sang istri tersenyum manja penuh kemenangan


4. Mendukung Poligami
Suatu ketika di sebuah resepsi pernikahan aktivis dakwah. Sebagaimana biasa, kedua mempelai belum banyak mengenal pribadi masing- masing pasangannya. Hal inilah yg kemudian menjadi incaran sang pembawa acara untuk dijadikan bahan 'game' sebagai hiburan bagi para hadirin. Tentu saja ini tidak sekedar game yang kosong tanpa makna, namun juga mengandung pesan dakwah kepada parahadirin. Sang mempelai pria duduk tenang di singgasananya sendirian. Dan agak jauh dibalik hijab disampingnya duduklah pasangan putrinya. Akhi pembawa acara mulai mengomando jalannya game tersebut. Aturannya, sang mempelai putra akan ditanya tentang sesuatu dan jika jawaban tersebut benar menurut mempelai putri, maka sang mempelai putri akan menabuh gendang satu kali. Dan gendang akan ditabuh dua kali jika jawaban dianggap salah. Tentu saja hal ini ditujukan untuk menguji sejauh mana kekompakan kedua mempelai. Beberapa pertanyaan diajukan, dan jawaban dari mempelai pria selalu dibenarkan oleh pasangannya, Sampai suatu ketika pembawa acara memberi pertanyaan yg berbunyi :
" Apa pendapat istri anda tentang sunah Rasulullah yg bernama poligami,
mendukung atau menentang ?" Sang mempelai pria pun dengan mantap dan tenang menjawab, " mendukung !" Tidak ada jawaban dari pihak mempelai putri. Yang ada malahan sedikit keributan di barisan hadirin putri. Namun alhamdulillah beberapa saat kemudian terdengarlah tabuhan gendang sebanyak satu kali pertanda mempelai
putri pun setuju dan mendukung poligami. Para hadirin yg kebanyakan para ikhwah pun lega dan bertakbir dengan mantap. Sesampainya di rumah, seolah tak percaya sang suami pun menanyakan kembali tentang dukungan istrinya tadi,
" Bener nih mi, mendukung poligami ?"
" wah, abi kurang yakin ya..? poligami sebagai sunah Rasul jelas harus kita dukung bi, tapi kalo abi yg mau poligami, itu jelas urusan lain bi.., enggak rela lah ! ". Sang istripun tersenyum manja penuh kemenangan.


5. Masih mau Sekolah (menurutku ini yang paling lucu...hahaha)
Seorang ikhwan yang baru saja menyelesaikan studi S1 nya menghubungi sang Murobby. Apalagi kalau bukan untuk meminta sang ustad mencarikan jodoh terbaik baginya. Tentu saja sang akhi ini tidak sekedar ingin menikah, tapi juga siap menikah. Lho, apa bedanya ?. Ingin menikah bagi seorang akhi cenderung bersifat objektif. Artinya ia menginginkan atau menuntut seorang akhwat -yang akan menjadi istrinya nanti- untuk tampil dengan performance dan sifat yang terbaik, menurutnya. Bisa
jadi ia ingin seorang akhwat yang harus cantik, tinggi, pintar masak, cerdas, penyabar dan lain sebagainya. Atau bisa jadi ia menginginkan yang lebih spesifik misalnya seorang dokter, dosen, hafidzah, atau mungkin yang berasal dari suku tertentu. Lebih parah lagi jika 'ingin menikah' di sini berarti : ingin menikahi ukhti A, B atau C. Yang jenis ini bukan berarti tidak boleh. Hanya saja, kurang elegan. Lalu bagaimana dengan siap menikah ?. Siap menikah bagi seorang akhi berarti kesiapan dari sisi subjektif dirinya. Artinya, ia akan mengukur kemampuan dirinya untuk memimpin rumahtangga, tanpa banyak terpengaruh faktor siapa yang akan mendampinginya. Dengan bahasa lain, dia punya kesimpulan : " yang penting ana harus siap dan baik dulu, siapapun istri ana dan bagaimanapun dia, toh ana juga yang harus membimbingnya ". Yang jenis ini lebih elegan. Artinya siap mental dalam menikah. Nah kembali ke cerita sang akhi yang selain ingin, juga siap untuk menikah. Sang murobby yang dikonfirmasi pun menyambut permintaan ini dengan semangat.
Betapa tidak ? bukankah menjodohkan adalah sebuah amalan mulia. Apalagi yang
dijodohkan adalah ikhwan dan akhwat yang masing-masing mempunyai misi dan
visi untuk dakwah? Maka dimulailah proyek perjodohan yang indah dan terjaga oleh sang Murobby. Dari mulai tukar biodata sampai ta'aruf belum terlihat ada masalah. Namun ketika sang murobby mengkonfirmasi kesediaan sang akhwat, ternyata sang
akhwat menolak. Entah sang akhwat punya alasan apa, yang jelas ia hanya bisa beralasan pada sang murrobby :" Afwan ustad, saya masih mau melanjutkan sekolah dulu.." Terpukul hati sang akhi mendengar jawaban sang akhwat. Pikirnya dalam hati,
mengapa kalau masih mau sekolah ia bersedia memberikan biodatanya dan bahkan
sampai proses taaruf ? Sang murrobby pun merasakan hal yang sama. Ada apa gerangan di balik penolakan ini ?. Sang Akhi beritikad baik untuk tetap menikah. Sang murrobby pun kembali dengan senang hati membantu sang akhi. Dilalui proses dari awal sebagaimana yang pertama tadi. Namun sayang seribu sayang. Kasus penolakan yang pertama kembali terulang. Masih dengan alasan yang sama : sang akhwat masih mau melanjutkan sekolah. Pusing kembali melanda sang akhi kita ini. Dicobanya sekian kali untuk berinstropeksi: Adakah yang salah dalam biodatanya ? Atau ada kesalahan kah saat taaruf kemarin ? Ah , rasa-rasanya semuanya begitu lancar, tak ada masalah. Atau masalah penampilan fisik ?. Ah, benarkah itu masih menjadi kriteria yang prinsip di jaman ini ? . Sang akhi bingung, ia benar-benar belum
menemukan jawaban yang tepat atas kasus penolakan dirinya. Sang murroby tampaknya ikut merasa bertanggung jawab dengan penolakan tersebut. Mungkin karena merasa kasihan dengan dua kali penolakan tersebut, sang murrobby pun berinisiatif untuk ambil langkah yang lain. Kebetulan ia mempunyai adik perempuan yang juga seorang akhwat. Maka setelah mengadakan briefing yang intensif terhadap sang adik, dimulailah proses perjodohan keduanya. Biodata adik sang murroby pun berpindah ke tangan sang akhi ini. Dengan seksama di baca semua point di dalamnya. Tidak lupa dua lembar foto ukuran post card juga diperhatikan agak lama. Sang Murobby yang juga kakak sang akhwat terburu-buru untuk menanyakan kesediaan sang akhi untuk meneruskan proses. " Gimana akhi, antum bersedia melanjutkan proses ini kan ? " Sang akhi bingung bukan kepalang. Ada perasaan kurang sreg dalam dadanya. Lebih-lebih saat melihat dua lembar foto sang akhwat. Diulang-ulang kembali, sama saja. Ada rasa kurang berkenan yang muncul terus menerus dan
mengganggu. " Gimana Akhi, sudah siap untuk meneruskan prosesnya ? "
Pertanyaan sang murobby menambah kegalauannya. Keringat dingin mulai menetes
dari dahinya. Ia menunduk agak lama. Sang akhi merenung sejenak, berinstropeksi. Sejurus kemudian ia mulai mengangkat kepala. Tersenyum. Baru sekarang ia tahu alasan mengapa dua akhwat yang terdahulu menolak dirinya: kriteria fisik !! Kriteria fisik , kedengarannya memang lucu. Tapi ternyata ia selalu menjadi begitu
kontemporer. Selalu saja ada di mana saja dan kapan saja. " Gimana akhi, bisa di jawab sekarang ?? " Dengan sedikit berdehem, sang akhi menjawab,
" Afwan Ustad, setelah saya pikir-pikir, nampaknya saya " masih mau
melanjutkan sekolah " saja ustad ... " Lemes tubuh sang murrobby. Namun ia pun tak bisa berbuat apa-apa. Dalam hati ia berkata : Dasar aktifis jaman kini, masih teguh mempertahankan kriteria fisik !!!. Andakah salah satunya ?


(sumber : milist)

Selasa, 25 Mei 2010

Kisah Seekor Kupu-Kupu


Seseorang menemukan kepompong seekor kupu. Suatu hari lubang kecil muncul. Dia duduk mengamati dalam beberapa jam calon kupu-kupu itu ketika dia berjuang dengan memaksa dirinya melewati lubang kecil itu.

Kemudian kupu-kupu itu berhenti membuat kemajuan. Kelihatannya dia telah berusaha semampunya dan dia tidak bisa lebih jauh lagi. Akhirnya orang tersebut memutuskan untuk membantunya. Dia mengambil sebuah gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu. Kupu-kupu tersebut keluar dengan mudahnya. Namun, dia mempunyai tubuh gembung dan kecil, sayap-sayap mengkerut. Orang tersebut terus mengamatinya karena dia berharap bahwa, pada suatu saat, sayap- sayap itu akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuhnya, yang mungkin akan berkembang seiring dengan berjalannya waktu.

Semuanya tak pernah terjadi.

Kenyataannya, kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya merangkak di sekitarnya dengan tubuh gembung dan sayap-sayap mengkerut.


Dia tidak pernah bisa terbang.

Yang tidak dimengerti dari kebaikan dan ketergesaan orang tersebut adalah bahwa kepompong yang menghambat dan perjuangan yang dibutuhkan kupu-kupu untuk melewati lubang kecil adalah jalan Allah SWT untuk memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu itu ke dalam sayap-sayapnya sedemikian sehingga dia akan siap terbang begitu dia memperoleh kebebasan dari kepompong tersebut.

Kadang-kadang perjuangan adalah suatu yang kita perlukan dalam hidup kita. Jika Allah SWT membiarkan kita hidup tanpa hambatan perjuangan, itu mungkin justru akan melumpuhkan kita. Kita mungkin tidak sekuat yang semestinya yang dibutuhkan untuk menopang
cita-cita dan harapan yang kita mintakan. Kita mungkin tidak akan pernah dapat "Terbang". Sesungguhnya Allah SWT itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kita memohon Kekuatan…Dan Allah SWT memberi kita kesulitan-kesulitan untuk membuat kita tegar.

Kita memohon kebijakan…Dan Allah SWT memberi kita Berbagai persoalan Hidup untuk diselesaikan agar kita bertambah bijaksana.

Kita memohon kemakmuran…Dan Allah SWT memberi kita Otak dan Tenaga untuk dipergunakan sepenuhnya dalam mencapai kemakmuran.

Kita memohon Keteguhan Hati…Dan Allah SWT memberi Bencana dan Bahaya untuk diatasi.

Kita memohon Cinta…Dan Allah SWT memberi kita orang-orang bermasalah untuk diselamatkan dan dicintai.

Kita Memohon kemurahan/kebaikan hati. Dan Allah SWT memberi kita kesempatan-kesempatan yang silih berganti.

Begitulah cara Allah SWT membimbing Kita.

Apakah jika saya tidak memperoleh yang saya inginkan, berarti bahwa saya tidak mendapatkan segala yang saya butuhkan?

Kadang Allah SWT tidak memberikan yang kita minta, tapi dengan pasti Allah SWT memberikan yang terbaik untuk kita, kebanyakan kita tidak mengerti mengenal, bahkan tidak mau menerima rencana Allah SWT, padahal justru itulah yang terbaik untuk kita.

Tetaplah berjuang…berusaha…dan berserah diri…

Jika itu yang terbaik maka pasti Allah SWT akan memberikannya untuk kita.



(sumber : milist)

Minggu, 23 Mei 2010

Antara Mencintai dan Mengagumi




Ketika kamu mencintai seseorang, waktu yang kamu habiskan dengannya merupakan bahagia yang tak terlukis
Ketika kamu mengagumi seseorang, waktu yang kamu habiskan dengannya merupakan bahagia yang bisa terucap

Ketika kamu mencintai seseorang, masa yang terlalui adalah masa yang ingin kamu ulang dengan bahagia yang sama
Ketika kamu mengagumi seseorang, yang terlalui adalah masa yang ingin kamu ulang dengan senang yang sama

Ketika kamu mencintai seseorang, jauh dilubuk hatimu... sebenarnya kamu menyimpan keinginan memilikinya
Ketika kamu mengagumi seseorang, jauh dilubuk hatimu... sebenarnya kamu menyimpan tanya adakah yang sepertinya

Ketika kamu mencintai seseorang, kadang seseorang itu menghindarimu agar kamu tak terluka meski dia tahu cintamu tak harus milikinya
Ketika kamu mengagumi seseorang, kadang seseorang itu menghindarimua agar kamu tak jatuh cinta padanya meski dia tahu rasamu tak selalu berujung cinta atau mungkin dia takut jatuh hati padamu

Ketika kamu mencintai seseorang, air matamu akan berlinang ketika dia meninggalkanmu
Ketika kamu mengagumi seseorang, kecewamu yang mengalir deras ketika dia meninggalkanmu

Ketika kamu mencintai seseorang, kamu bisa saja tak lagi memikirkannya terlebih ketika kamu mencintai seseorang yang baru
Ketika kamu mengagumi seseorang, meski kamu jatuh cinta berkali-kali dengan orang lain bisa saja kamu tetap menyimpan kekagumanmu dengannya dan kamu pun juga tahu bahwa disepanjang hidupmu belum tentu kamu akan menemukan sosok menakjubkan yang menjadi rasi bintang ketika kamu tersesat

Ketika kamu mencintai seseorang, setiap moment indah itu tak akan terlupakan
Ketika kamu mengagumi seseorang, setiap kata yang meneguhkan itulah yang seringkali kamu ulang dihati dan pikiranmu

Ketika kamu mencintai seseorang, ketika kamu kehilangannya. .. dia masih bisa memberikan inspirasi untuk karyamu
Ketika kamu mengagumi seseorang, ketika kamu kehilangannya inspirasi itu bisa saja berkurang namun bisa pula tumbuh dari jiwa yang lain

Ketika kamu mencintai seseorang, sebenarnya kamu ingin hidup bersamanya
Ketika kamu mengagumi seseorang, kamu seringkali ingin berbagi dengannya betapa hidupmu bahagia hidup dengan orang lain yang kamu cintai


Ketika kamu mencintai seseorang, kamu tak ingin dia sedih dan berusaha menghiburnya
Ketika kamu mengagumi seseorang, kamu tak ingin dia sedih namun kadang bingung harus bersikap seperti apa karena takut dia salah mengartikan sikapmu

Ketika kamu mencintai seseorang, dia bisa menjadi seseorang yang segalanya bagimu
Ketika kamu mengagumi seseorang, dia telah menjadi pintu untuk membuka duniamu yang tersembunyi

Ketika kamu mencintai seseorang, kadang kamu tak memerlukan alasan untuk mencintai
Ketika kamu mengagumi seseorang, kamu selalu butuh alasan untuk mengaguminya

Ketika kamu mencintai seseorang, hal itu selalu berasal dari hati
Ketika kamu mengagumi seseorang, hal itu merupakan perpaduan antara hati dan pikiran

Ketika kamu mencintai seseorang, hatimu akan berkata ”Dia berbeda dan aku mencintainya”
Ketika kamu mengagumi seseorang, hatimu akan berkata ”Dia berbeda dan aku ingin sepertinya”

Ketika kamu mencintai seseorang, dia telah menjadi salah satu alasan mengapa kamu bertahan
Ketika kamu mengagumi seseorang, dia telah menjadi salah satu alasan mengapa kamu memiliki semangat

Ketika kamu mencintai seseorang, ketika kamu kehilangannya ”ada” hal-hal yang tak ingin kamu kenang
Ketika kamu mengagumi seseorang, ketika kamu kehilangannya seringkali ada hal-hal yang ingin kamu kenang

Ketika kamu mencintai seseorang, kadang kamu takut dia mengetahuinya
Ketika kamu mengagumi seseorang, kamu tak peduli apa dia tahu atau tidak

Ketika kamu mencintai seseorang, kamu ingin berjalan disampingnya
Ketika kamu mengagumi seseorang, menatap jejaknya itu sudah cukup

Ketika kamu mencintai seseorang, yang kamu ingin tahu adalah bagaimana cara terbaik membuat dia bahagia denganmu
Ketika kamu mengagumi seseorang, yang kamu ingin tahu adalah bagaimana cara terbaik agar kamu menjadi seseorang yang menyenangkan baginya

Ketika kamu mencintai seseorang, mungkin kamu pernah berkali-kali jatuh cinta dalam suatu rentang waktu
Ketika kamu mengagumi seseorang, dalam rentang waktu yang sama belum tentu kamu berkali-kali mengagumi orang lain dengan sudut pandang yang sama

Ketika kamu mencintai seseorang, kadang kamu tak peduli dengan sikapnya. Yang kamu tahu kamu mencintainya
Ketika kamu mengagumi seseorang, kadang kamu tak peduli dengan sikapnya. Yang kamu tahu kamu mengaguminya

Ketika kamu mencintai seseorang dan bila dia berkorban sesuatu untukmu kamu akan lebih mencintainya
Ketika kamu mengagumi seseorang, dan bila dia berkorban sesuatu untukmu, kamu ingin membalas kebaikannya

Ketika kamu mencintai seseorang, kadang cintamu akan kamu simpan dalam hati dan kamu rela menunggunya selamanya
Ketika kamu mengagumi seseorang, kekaguamanmu akan tetap hidup sampai waktu yang kamu sendiri tak mengetahuinya dan kamu tak perlu menunggu untuk kekaguman itu

Ketika kamu mencintai seseorang, kadang kamu melihat fotonya karena kamu sedang rindu, sebel, mengenang, ingin berbicara dengannya dan alasan lainnya
Ketika kamu mengagumi seseorang, kadang kamu melihat fotonya seolah-olah dia sedang berbicara padamu untuk memberikanmu semangat

Ketika kamu mencintai seseorang, kadang dia ingin tahu betapa dia sangat memperhatikanmu
Ketika kamu mengagumi seseorang, dia akan seringkali terdiam namun sebenarnya dia peduli terhadapmu

Ketika kamu mencintai seseorang, semua sikapmu dianggap wajar
Ketika kamu mengagumi seseorang, sikapmu kadang dainggap berlebihan

Ketika kamu mencintai seseorang, dia terlintas dipikiranmu karena kamu menyukainya
Ketika kamu mengagumi seseorang, dia terlintas dipikiranmu karena kamu ingin tahu apa, bagaimana dan seperti apa jalan dan pandangan baik darinya yang ingin kamu ikuti

Ketika kamu mencintai seseorang, kamu bisa menemukan getaran hati
Ketika kamu mengagumi seseorang, yang kamu temukan hanya cerah tanpa getar seperti kamu mencintai seseorang

Tidak semua orang bisa kamu cintai dan kamu kagumi
Tidak semua orang dari yang kamu cintai bisa kamu kagumi
Tidak semua orang dari yang kamu kagumi bisa kamu cintai
Antara mencintai dan mengagmi, keduanya memang terlihat hampir sama namun sebenarnya snagat jauh berbeda

Tidak semua orang mencintai kita dan tidak semua orang mengagumi kita. Yang mencintaimu bisa saja lebih dicintai orang lain dan yang mengagumimu bisa saja lebih dikagumi orang lain. Apapun itu bentuknya, intinya sama bahwa dengan semua itu hidup kita akan terasa lebih bermakna. Kadang dari hal kecil yang kita abaikan merupakan hal besar yang tak ingin dilupakan orang lain disepanjang hidupnya meski kamu telah melupakannya. Mencintai dengan wajar dan mengagumi dengan wajar... kebahagiaan dari dua rasa itu akan unik membawamu dalam hidup penuh warna.


(sumber : milist)